Hey, my name's Liam Brandon. 17 years old, australian. Actually I'm not too much different than most teenagers. I love football, singing, and chilling. I have a twin, Daniel. Hmm, i think his name isn't similar with my name. Oh never mind. My favourite lesson in school is Bahasa Indonesia. Yes, i think indonesian languange is the best i've ever know! I'll try to have my story that use indonesian languange, Bahasa.
Gugur Bunga di Taman
Skate yang kubawa terasa susah melintas saat aku melewati daun-daun di taman yang telah berguguran. Akhirnya aku memutuskan untuk melanjutkan dengan berjalan kaki. Entah kenapa, hari ini aku merasa sangat tidak bersemangat melakukan apapun. Maka dari itu aku pergi ke taman yang berjarak tidak jauh dari rumahku. Hal itu selalu aku lakukan saat sedang dalam suasana hati tidak bagus.
Taman itu terlihat sepi, entah apakah karena hari itu sedang musim gugur atau mungkin hanya aku saja yang tidak merasa terganggu dengan suasana musim gugur.
Siang itu memang terasa lebih panas dari kemarin yang bernuansa salju. Saat sedang ingin mengambil skateku yang meluncur bebas karena aku tak seimbang, skateku meluncur menuju suatu bangku di taman itu. Kulihat sosok itu, perempuan yang tidak telalu muda dariku, berwajah Asia yang kupikir pasti dia anak Singapura atau Thailand, cantik dan berwajah ramah. Aku deg-degan saat ingin menghampirinya. Akupun menghampirinya dan mengambil papan skateku. Dia hanya tersenyum dan mengambilkan skateku.
"Thank you." ucapku agak kaku.
"You're welcome." ucap gadis itu perlahan.
Aku merasa agak aneh, tak biasanya aku menjadi kaku begitu. Setelah mendapatkan kembali skateku, aku duduk di kursi yang ada di seberang gadis itu. Dengan agak malu, sesekali aku menoleh ke dia, memperhatikan dia. Sepertinya dia sama denganku, sedang dalam suasana hati tidak bagus. Dia hanya melihat ke arah danau yang ada di taman ini, cukup lama. Kulihat wajahnya yang tenang sekali, entak apakah pikirannya sedang kosong atau runyam karena ada masalah, tak bisa kutebak.
Saat sedang memperhatikannya dia tiba-tiba menoleh ke diriku. Mendadak aku salah tingkah. Dia hanya tersenyum tersipu saat memandangku, aku jadi bingung. Tak berapa lama dia menghampiriku. Yah, aku jadi tambah bingung.
"Hey, something wrong with me? I saw you'd been looking at me" tanyanya. Aku tertawa beberapa saat.
"Kamu orang indonesia?" aku berbalik bertanya. Dia bingung bercampur kaget.
"Hah? jadi kamu bisa bahasa indonesia?" tanya dia lagi.
"Iyaaaa, kamu pasti kaget kan? Aku sudah lama bisa berbahasa Indonesia. Oh iya, namaku Liam." ucapku.
"Aku kaget loh barusan. Namaku Alice. Aku baru di Australia." ucapnya agak malu.
"Oh, jadi kamu sekolah disini. Sekolahmu di Penola Catholic juga?" tanyaku.
"Iya, kok kau tau ya?" dia kaget lagi.
"Lihat itu dibalik mantel bulumu masih terlihat seragam sekolah itu." jawabku.
"Oh iya, tunggu deh. Umur kamu berapa?" tanyaku
"17. Kamu pasti 15 ya? aku barusan tidak sengaja melihat tanda pengenalmu saat kamu mengambilkan skateku." jawabku
"Haha, apakah aku harus memanggil mu kakak?" tanya dia.
"Tidak usahlah, aku merasa sangat tua jika harus dipanggil begitu. Panggil saja aku Liam." jawabku sambil tersenyum
"Yasudah, senang bertemu denganmu Liam. Tapi sekarang aku harus pulang." ucapnya.
"Hah? tunggu alice, dimana rumahmu? aku tak ingin kita terpisah begini saja." teriakku saat melihatnya akan pergi.
"Haha, kau kenapa? rumahku di 1225 syncore jalan sandyoaks. Aku tinggal bersama tanteku." ucapnya lalu pergi meninggalkanku.
1225 syncore, itu yang harus kuingat. Aku tak mau kehilangan dia, kurasa dia gadis yang baik dan ramah.