Rihanna - Dancing In The Dark

Monday, October 1, 2012

Ironi

Disaat bahagia datang, mencoba untuk tersenyum... Namun, lirih bibir ini tertarik daya magnet kesedihan air mata yang deras.

Kenapa disaat kulihat orang-orang senang menari-nari diatas bentala kehidupan, aku merasakan bahwa puncak dari semua itu adalah semu tak berujung dalam rongga kering penuh jeritan ini?

Sedih, mungkin iya. Senang? bisa dibilang tidak. Ingin rasanya menangis menjerit mengeluarkan semua deras kesakitan dalam raga ini.

Sulit untuk mengeluarkannya, entah mengapa. Sulit untuk dijelaskan, entah mengapa. Kucoba bertahan dalam tali tipis yang tiap saat kulalui dengan tetap menarik kulit di bibir ini keatas. Tapi, tuhan pun tahu bahwa belenggu sedang berada dalam akal mirisku.

Berbicarapun terbata, aku tahu ini bodoh. Namun, melihat kenyataan bahwa setiap saat aku mencoba tegar untuk tidak meladeni ejekan ini dengan serius. Sulit, entah mengapa.

Mereka yang takpercaya akan kenyataan.
Mereka yang selalu memaksaku untuk berkata iya disaat aku menolak.
Mereka yang selalu ada disaat hanya membutuhkan.
Mereka yang ada karena menganggapku rendah.
Mereka yang ada karena keyakinan bahwa aku hanya makhluk bodoh yang bernafas.

Semua itu orang yang kutemui tiap jejal langkah lunglaiku. Jika tak kuat, bisa saja aku menjadi sesuatu yang kokoh sedang mengeluarkan kesedihan luar biasa yang kadang tak masuk akal.

Mata ini memerah saat aku mengetik tulisan dari tuts di keyboard ini. Baru saja aku menyadari, air mata ini tak terbendung lagi dan mulai meneteskan satu persatu butiran amarah dan sedih tak terkira.

Entah apa sebabnya aku merasa sedih luar biasa saat ini. Melihat keadaan yang memaksaku. Hanya dengan menuliskan nya dan menangis ini aku bisa sedikit tenang. Walau mungkin tak bisa mengubah apapun.

This is the irony about the life rotation that happen so fast and annoying maybe. But it cant be change.